tag:blogger.com,1999:blog-9286027818722398682024-03-08T00:52:35.876-08:00ciri ciri penyakit ginjalUnknownhttp://www.blogger.com/profile/08140684786983097458noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-928602781872239868.post-74704942887297036642012-03-26T02:51:00.003-07:002012-03-26T02:51:24.601-07:00<h1 class="post-title entry-title">
<a href="http://bangrifai.blogspot.com/2011/06/ciri-ciri-sakit-ginjal-di-liat-dari.html">Ciri ciri sakit Ginjal Di liat dari kelopak mata</a><a class="goog-inline-block share-button sb-email" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1058312207284345754&postID=3897506024429597565&target=email" target="_blank" title="Email This"><span class="share-button-link-text"></span></a></h1>
<div class="postdate" style="margin-bottom: -15px; position: relative; width: 100%;">
<div id="iklan13897506024429597565">
Saat fungsi ginjal terganggu, tekanan darah cenderung meningkat sehingga
menimbulkan hipertensi. Selama ini hipertensi dikenal sebagai faktor
risiko yang sangat berpengaruh bagi terjadinya serangan jantung dan
penyakit pembuluh darah lainnya. Baru sebagian kecil masyarakat yang
mengetahui itu. <br />
<br />
Fungsi utama ginjal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit (garam) tubuh melalui urin. Ginjal
juga memproduksi hormon yang memengaruhi fungsi dari organ-organ
lainnya. Antara lain hormon yang merangsang produksi sel darah merah dan
yang membantu menyeimbangkan tekanan darah. Juga, mengontrol
metabolisme kalsium.<br />
<br />
“Adanya kerusakan ginjal pada bagian tertentu akan merangsang produksi
hormon renin yang akan merangsang terjadinya peningkatan tekanan darah
hingga mengakibatkan terjadinya hipertensi yang bisa menetap,” jelas
Dharmeizar, dari Divisi Ginjal-Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
RSCM, Senin (21/3).<br />
<br />
Selain itu, saat ginjal rusak pengeluaran air dan garam akan terganggu
yang mengakibatkan isi rongga pembuluh darah meningkat sehingga
menyebabkan hipertensi.<br />
<br />
“Naiknya tekanan darah di atas ambang batas normal bisa merupakan salah
satu gejala munculnya penyakit pada ginjal, selain gejala-gejala
lainnya seperti berkurangnya jumlah urin atau sulit buang air kecil,
penimbunan cairan, serta meningkatnya frekuensi berkemih terutama di
malam hari,” terang Dharmeizar.<br />
<br />
Gangguan fungsi ginjal akibat hipertensi dapat berupa penyakit ginjal
akut, penyakit ginjal kronis, hingga gagal ginjal terminal, dimana
ginjal tidak lagi dapat menjalankan sebagian atau seluruh fungsinya.<br />
<br />
Bahkan hipertensi penyebab kejadian gagal ginjal tahap akhir nomor dua terbanyak setelah <a href="" id="Y1704386S5" style="color: #1300c2; text-decoration: underline;">diabetes mellitus</a>.<br />
<br />
Menurut survei Riskesdas pada 2007, prevalensi hipertensi di <span class="yshortcuts" id="lw_1300757532_1">Indonesia</span> mencapai 31,7%. “Pada <a href="" id="Y1704386S4" style="color: #1300c2; text-decoration: underline;">orang</a> yang berusia di atas 50 tahun, lebih dari 50% mengalami hipertensi,” kata Suhardjono, Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia.<br />
<br />
Sedangkan prevalensi diabetes di Indonesia kira-kira 13,%% mereka. Yang
berusia di atas 55 mengalami diabetes dan 15,3% masuk kategori
pra-diabetes.<br />
<br />
Mengutip riset, Suhardjono mengatakan pasien yang mengalami gagal
ginjal terminal (harus melakukan cuci darah atau hemodialisis) hanya
sebesar 20% dalam jangka <span class="yshortcuts" id="lw_1300757532_0">lima</span> tahun. Bandingkan dengan pasien kanker payudara yang memiliki kemampuan bertahan hidup hingga 60% dalam durasi yang sama.<br />
<br />
Pasien gagal ginjal terminal juga membutuhkan biaya yang besar untuk bertahan hidup. Di <span class="yshortcuts" id="lw_1300757532_2">Amerika</span>
Serikat diperkirakan biaya untuk cuci darah mencapai US$ 80.000 per
tahun per orang. “Di Indonesia biayanya antara Rp 60 juta – Rp 100 juta
per orang per tahun,” kata Prof Djon.<br />
<br />
Menurut Prof Djon, pasien penyakit ginjal kronis tahap awal mempunyai risiko 5 sampai 10 kali lipat meninggal karena</div>
</div>
<div id="iklan23897506024429597565">
kejadian jantung dibandingkan pasien gangguan jantung terminal yang harus menjalani dialisis.<br />
<br />
“Mereka yang menjalani hemodialisis di usia muda peluang hidupnya makin
kecil. Ibaratnya seperti orang berusia 70 tahun,” imbuh Prof Djon.<br />
<br />
Pasien penyakit ginjal kronis umumnya meninggal bukan karena harus
menjalani cuci darah, jika sudah sampai stadium 5 atau tahap akhir,
namun gangguan pada kardiovaskularlah yang acapkali menimbulkan
kematian.<br />
<br />
Dr. Dharmeizar menjelaskan saat seseorang mengalami kelainan ginjal,
maka akan terjadi kelainan-kelainan yang bisa menyebabkan kerusakan di
jantung, seperti anemia (kekurangan darah), toksin uremik, hiperkalemia
(kadar kalium darah tinggi), malnutrisi, peradangan kronis, yang
akhirnya menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan folat sehingga
lama-lama menyebabkan kerusakan di jantung.<br />
<br />
"Karena penyakit ginjal kronis nyaris tanpa gejala, kebanyakan pasien <a href="" id="Y1704386S9" style="color: #1300c2; text-decoration: underline;">datang</a> ke <a href="" id="Y1704386S7" style="color: #1300c2; text-decoration: underline;">dokter</a>
saat sudah mengalami komplikasi atau keluhannya sudah muncul, misalnya
muntah-muntah atau mengalami kelebihan cairan di paru-parunya yang
membuatnya sesak napas, merasa mual, pucat dan bengkak-bengkak,”
ujarnya.<br />
<br />
Mengingat penyakit ginjal kronis minim gejala, hal yang bisa dilakukan
untuk deteksi dini adalah dengan mengenali faktor risikonya.<br />
<br />
“Teliti lagi, apakah dalam riwayat keluarga ada yang hipertensi,
diabetes mellitus, jantung atau stroke. Jika ya, mulai usia 30 harus
periksa kondisi fisiologis ke dokter umum. Lakukan pengukuran tensi
darah, urin dan kadar gula darah dengan harga terjangkau,” saran dr.
Dharmeizar.<br />
<br />
Perhatikan tanda dan gejala yang muncul. Jika saat bangun tidur Anda
mendapati bengkak pada kaki dan kelopak mata, harus dicurigai ada
gangguan fungsi ginjal.<br />
<br />
Dr Dharmeizar menjelaskan, penyakit ginjal kronis bisa dideteksi dengan
tes urin sederhana untuk mengukur kadar protein dalam urin. Bila
protein dalam urin (proteinuria) positif dan terjadi selama lebih dari 3
bulan maka orang tersebut bisa dikatakan mengalami penyakit ginjal
kronis.<br />
<br />
Ginjal sehat mengambil limbah keluar dari darah tetapi meninggalkan
protein. Gangguan ginjal gagal untuk memisahkan protein darah yang
disebut albumin dari limbah. Pada awalnya, hanya sejumlah kecil albumin
dapat bocor ke dalam urin, dimana kondisi ini dikenal sebagai
mikroalbuminuria, tanda gagal fungsi ginjal. <br />
<br />
Seiring memburuknya fungsi ginjal, jumlah albumin dan protein lain dalam
urin meningkat, yaitu kondisi yang disebut proteinuria. Penyakit
ginjal kronis hadir ketika lebih dari 30 miligram albumin per gram
kreatinin diekskresikan dalam urin, dengan atau tanpa eGFR menurun.<br />
<br />
“Bila pada tes urin ditemukan kadar kreatinin positif maka orang
tersebut sudah mengalami penyakit ginjal kronis tingkat lanjut,” kata dr
Dharmeizar.<br />
<br />
Kreatinin adalah produk limbah yang dibentuk oleh kerusakan sel-sel otot
normal. Ginjal sehat mengambil kreatinin darah dan memasukkannya ke
dalam urin untuk meninggalkan tubuh. Ketika ginjal tidak bekerja dengan
baik, kreatinin menumpuk dalam darah. Sebuah eGFR dengan nilai di bawah
60 mililiter per menit (mL/menit) menandakan seberapa kerusakan ginjal
telah terjadi. Nilai tersebut berarti ginjal seseorang tidak bekerja
pada kekuatan penuh.
</div>Unknownhttp://www.blogger.com/profile/08140684786983097458noreply@blogger.com0